Pertunjukan drama teater yang berjudul Rahwana Sinta yang telah diselenggarakan pada hari rabu tanggal 02 Oktober 2019 diselenggarakan di Gedung Kemuning Gading Bogor. Acara teater ini dimulai pada pukul 19.30 sampai dengan selesai, sedang banyak diperbincangkan oleh banyak orang karena pertunjukannya yang bagus dan menarik. Rahwana Sinta “Di satu kepalamu bertumpuk ingatan kepada 10 wanita. Sedangkan di 10 kepalaku hanya ada Sinta.” Siapa yang tak kenal Rahwana dalam cerita Ramayana? Maharaja Alengka yang dianggap telah melakukan perbuatan nista yakni menculik Sinta istri Rama, hanya dengan alasan “sejak pertama melihatnya, ingatanku kepada seluruh wanita hilang seketika. Di sepuluh kepalaku, disepuluh pikiranku, disepuluh hati dan perasaanku kini hanya ada dia” begitulah katanya. Yang akan diperankan oleh dua teater yaitu Labolatorium Aktor Bogor (LAB) dan Teater Masagi kedua teater ini dari mahasiswa Universitas Pakuan Fakultas Keguruan Imu Pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia.
Lalu dimulailah konflik dianara mereka dengan melibatkan jutaan manusia, wanara, raksasa, bahkan bidadari dan para dewa ikut turun ke gelanggang peperangan awal konflik mereka itu. Sedemikian berartikah Sinta sehingga begitu banyak yang harus dikorbankan, atau jangan-jangan sesungguhnya ego mereka begitu mencintai perang dengan beralibi diatas nama cinta?. Pertunjukan Rahwana Sinta ini dilakuan dengan metode Rahwana Ameng yang kali ini berbeda dengan metode-metode yang sebelumnya. “Ameng didalam Bahasa Sunda bisa berarti ulin atau main, atau bisa juga menyimbangi suatu tempat dalam rangka urusan santai. Amaeng mungkin dipandang sebagai bentuk sepele karena hal yang terjadi didalam nya juga bukanlah hal yang berat dan butuh tafsir berlapis-lapis. Ameng bisa menjadi sangat sederhana dan mengalir begitu saja tanpa membutuhkan banyak tafsir, disini letak menariknya, konteks ini yang kemudian dilemparkan sebagai wacana oleh Labolatorium Aktor Bogor (LAB) ketika mementaskan Rahwana Sinta” karya Ocky Sandi.
“Pemain Rahwana Sinta terdiri dari Ocky Sandi, Syafa Tasya Aqila, Irvan Agustin Pratama, Recky Bahari dan para laboran” (02/10) ujan Wili Ferdianto selaku tim produksi didalam pementasan Rahwana Sinta ini. Saat pementasan dimulai sangat menarik pada saat penari topeng klasik yang baru duduk dibangku kelas 6 SD di badannya tidak mengalir darah biologis dari seorang maestro tari,tetapi kemampuannya membawakan berbagai macam jenis tarian seolah-olah itu teriakan lantang kepada kita semua bahwa kematangan berkarya dalah proses intents, ketat dan konsisten, bukan karena factor usia ataupun factor keturunan. Tidak hanya anak kecil kelas 6 SD ini saja yang penam[ilannya memukau tidak kalah dengan nya Sinta pun menari dengan penuh penghayatan dan keluwesan dibadannya.
Para pemain Rahwana Sinta mampu memuaskan penonton meskipun “saat melihat pertunjukan Rahwana Sinta penuh dengan adegan yang bikin penasaran banget”(02/10) ujar Rima Rosita dengan sudut pandang nya dan “ceritanya kurang jelas saat pementasan seperti digantung akhir ceritanya seperti apa tapi seru dan menyenangkan juga menontonnya”(02/10) ujar Ayuni Afifah. Pementasan Rahwana Sinta dengan metode Ameng ini cukup banyak sekali yang menonton acara drama teater ini dan cukup menghibur disetiap adegan yang terjadi didalam nya, membuat seluruh penonton penasaran dengan akir dari cerita ini bagaimana akhir dari semuanya ini dan adapula yang meganggap cerita dalam drama kurang jelas dan menggantung. Semua dilihat dari sudut pandang orang yang berbeda-beda. Pementasaran drama Rahwana Sinta ini membuat para penonton menjadi penasaran dan memberikan pengetahuan kepada para penonton yang melihatnya. Nilai kehidupan yang bisa diambil dalam pementasan Rahwana Sinta adalah meskipun Sinta diculik olah Rahwana selama bertahun-tahun namun Rahwana tidak pernah menodai Sinta. Penonton terhibur dengan pementasan Rahwana Sinta dan sangat bagus pementasannya.
Prita Pratiwi Munaji
032117017