Bogor-Lagi-lagi Gedung Kesenian Kemuning Gading Bogor menjadi tempat sejarah bagi para penonton dan para aktor yang menggeluti bidang perteateran ini. Kali ini giliran “Rahwana Sinta” yang tampil, yaitu pada tanggal 02/10/19 pementasan tersebut diadakan. Naskah yang dimainkan dibuat oleh Ocky Sandi, dengan disutradarai oleh alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Irvan Acil. Pementasan ini sendiri dimulai pukul 19.30 WIB.
Rahwana Sinta ini sendiri diproduksi oleh kolaborasi LAB X Masagi, yaitu Laboratorium Aktor Bogor dan Teater Masagi adalah mahasiswa semester 5 dan 7 kelas B yang masih aktif di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia saat ini. Laboratorium Aktor Bogor itu sendiri merupakan wadah para aktor dan aktris yang melakoni perteateran di Bogor, adapun pementasan LAB itu sendiri sudah lumayan banyak dipentaskan di Gedung Kesenian Kemuning Gading. Tetapi ini bukan pertama kalinya teater LAB berkolaborasi dengan Teater Masagi, sebelumnya juga LAB X Masagi mengadakan kolaborasi pementasan yang berjudul Jigprak, R.I.N.D.U, dan lainnya di Gedung Kesenian Kemuning Gading tentunya.
Pementasan kolaborasi kali ini yaitu “Rahwana Sinta” diperankan oleh Ocky Sandi sebagai Rahwana, Syafa Tassya sebagai Sinta, Recky Bahari sebagai Rama dan para laboran lainnya. Cerita yang ditampilkan dalam pementasan sangat menarik dan jalan cerita pun tidak mudah ditebak. Bermula dari Sinta yang diculik oleh Rahwana dan enggan untuk berbicara ataupun hanya sekedar menatap Rahwana. Dan tidak disangka dipertengahan cerita, sutradara memperbolehkan untuk seorang penonton bertanya kepada Sinta sampai akhirnya Sinta berbicara pada penonton itu, dan penonton itu yang menggantikan peran Rahwana. Yang lebih menariknya lagi dipertengahan diselipkan adegan saat Sinta menarikan tarian Purnama yang sangat epik dan penuh penghayatan.
Dalam sebuah pementasan drama teater biasa, pastinya sulit menemukan selipan tarian-tarian tradisional yang sangat klasik di dalam pementasannya. Tetapi LAB X Masagi kali ini hadir dengan perbedaan yang sangat signifikan dan sangat menarik. Karena dengan adanya tarian tersebut di awal dan di pertengahan pementasan menambah kesan yang mendalam dan penghayatan yang lebih bagi penonton. Apalagi kita sebagai orang Indonesia harus melestarikan apa yang menjadi budaya dan warisan kita yaitu misalnya dengan cara menyelipkan sedikit tarian tradisional di dalam pementasan drama.
Puncak dari pementasan ini ialah pada saat pemeran Rahwana ke dua digantikan oleh Rahwana ke tiga yaitu dari penonton juga. Dan pada akhirnya yang menjadi akhir cerita Rahwana meninggal saat perang melawan Rama. Dan Sintapun sedih karena ia tidak dipercayai kesuciannya lagi oleh Rama yang penuh amarah karena dihasut oleh warganya. Dari akhir cerita tersebut memang sesuai dengan cerita aslinya di dalam kisahnya. Yang tidak terduga dan menjadi epik ialah alur cerita dan selipan-selipan tarian di dalam naskahnya.
“Jadi, kali ini LAB X Masagi Rahwana Sinta menggunakan metode Ameng” ucap Ocky Sandi pada saat membeberkan metode yang ia pakai untuk pementasan “Rahwana Sinta” kali ini. Ia juga menuturkan bahwa metode Ameng ialah metode yang ia buat sendiri untuk kenyamanan dan kebesamaan semua belah pihak, karena memang di dalam dunia perteateran itu pasti ada yang hanya singgah atau menetap. Dan berharap bahwa pementasan kali ini bukan hanya menjadi tontonan tetapi pelajaran kehidupan yang dapat diambil di dalamnya. Kita tunggu garapan selanjutnya.
ulfi