Berita Teater Bogor – Siapa yang tidak mengenal cerita yang mengisahkan tokoh Rahwana dan Sinta karena konflik percintaannya. Rahwana adalah tokoh laki-laki yang melegenda pada cerita Rahwana Sinta. Ia memiliki julukan Sang Angkara karena telah menculik Sinta. Meskipun begitu pada kenyataannya Rahwana tidak berani untuk menyentuh tubuh Sinta. Ia sangat menghormati kesucian Sinta, tidak mau memaksa Sinta untuk menuruti nafsu birahinya.
Di satu kepalamu bertumpuk ingatan kepada 10 wanita, Sedangkan di 10 kepalaku hanya ada Sinta. Begitulah ucapan yang terus-menerus diucapkan oleh Rahwana untuk mengekpresikan rasa cintanya yang mendalam pada Sinta. Karena baginya, Sinta adalah satu-satunya perempuan sempurna dan ia sangat mencintai Sinta. Meskipun pada dasarnya, Sinta tidak pernah mencintai Rahwana. Sinta hanya mencintai Rama sebagai suaminya.
’’Dugg..’’ Rahwana memukul meja, ia kesal pada Dalang pementasan yang menceritakan keburukan orang tuanya dan dirinya. Dalang menyebutkan jika Rahwana terlahir dari hasil hubungan terlarang orang tuanya.
Namun begitu, terselip hal menarik dalam pementasan ini. Ternyata ada yang berbeda dalam penggunaan metode pementasan teater Rahwana Sinta. Karena dalam pementasan ini menggunakan metode Ameng dan tentunya berbeda dengan penggunaan metode yang biasa digunakan oleh pementasan teater pada umumnya. Kata ameng dalam bahasa Sunda memiliki arti ’’bermain’’ sedangkan kata Ameng dalam metode pementasan memiliki arti ’’mengajak bermain’’.
Metode Ameng mungkin dipandang sebagai bentuk yang sepele karena hal yang terjadi di dalamnya bukanlah hal yang berat dan butuh tafsir berlapis-lapis. Ameng memang bisa jadi sangat sederhana dan mengalir begitu saja tanpa membutuhkan banyak tafsir dan di sini yang menariknya, konteks yang dilemparkan dalam pementasan teater Rahwana Sinta. Garapan metode ameng ini diawali dari sebuah obrolan klasik yang dilontarkan oleh Ocky Sandi sebagai tim Dramaturgi sekaligus aktor dalam pementasan, ia mencetuskan suatu konsep pelatihan yang bernama papat kalima ameng yang menurutnya kecerdasan seorang aktor akan menentukan sejauh mana penciptaan realitas pertunjukan yang diinginkan oleh penonton sebagai pemilik pertunjukan. Kesiapan segala elemen pertunjukan merupakan poin yang paling penting di dalam metode Ameng ini.
’’Ya.. betul. Pementasan ini menggunakan metode Ameng. Yang menarik pada penggunaan metode ini, pada saat pementasan tidak hanya aktor yang memerankan tokoh, melainkan penonton juga dapat ikut serta dalam pementasan dengan mengajukan diri sebagai pemeran tokoh’’ ucap Ocky Sandi.
Pementasan Rahwana Sinta menuai berbagai komentar dari beberapa pihak penonton yang telah menyaksikan pementasan tersebut.
’’Metode yang digunakan dalam pementasan ini ternyata tidak semudah yang saya bayangkan. Karena, ketika pementasan berlangsung ada seorang penonton yang ingin ikut memainkan menjadi tokoh Rahwana. Hal tersebut tentunya di luar prediksi siapapun. Maka saat pementasan berlangsung, kemungkinan ada keajaiban dan kecelakaan panggung’’ tutur Maulida.
’’Jujur saja saya takjub dengan pementasan ini. Yang bikin saya kaget yaitu ada penonton yang mau ikut pementasan untuk menggantikan pemeran tokoh Rahwana. Dan pementasan berjalan dengan lancar, tanpa ada hambatan. Tentunya itu diluar konsep pementasan ini, itu sih yang membuat saya takjub’’ ucap Willi.
’’Kalau tanggapan saya mengenai pementasan ini sangat bagus. Karena adegan romantisnya ada, adegan positifnya juga ada. Contohnya ketika Rahwana menculik Sinta tetapi ia tidak berbuat senonoh pada Sinta. Padahal yang namanya perempuan cantik lalu diculik oleh lelaki dan ya masa iya sih laki-laki tersebut tidak tergoda hehe’’ tutur Prita.
’’Pementasan ini lebih ke tidak formal. Maksudnya tidak sepenuhnya adegan dilakukan secara serius, namun ada unsur komedinya dan itu yang membuat penoton tidak bosan’’ ucap Fahmi.
Meskipun metode Ameng memiliki arti ’’bermain’’ namun pementasan ini tidak main-main. Pertunjukan ini berhasil menarik perhatian para pecinta teater di Kota Bogor. Walaupun pada dasarnya metode Ameng sebagai metode baru dalam dunia perteateran, namun telah menimbulkan dampak positif bagi segala elemen.
Novia D Lestari